Page 1/8
The Creation of Adam

Kesombongan Iblis

Di sebuah taman yang begitu terang, di bawah kubah surga, Allah menciptakan Adam, untuk memberinya sebuah rumah. Dengan rambut hitam pendek dan pikiran yang penuh rasa ingin tahu, Adam adalah sosok yang lembut, penyayang, dan baik hati. Malaikat dan iblis menyaksikan dengan kagum, saat Adam mulai menjelajah dan menggambar. Taman itu dipenuhi dengan keajaiban yang tak terhitung, dengan kisah-kisah keindahan dan kebijaksanaan di masa lampau. Adam sangat istimewa, seorang teman baru bagi semua orang, di taman surgawi, baik yang besar maupun yang kecil.
1
Di taman yang begitu megah, sebuah perintah dibuat, untuk malaikat dan iblis, di hadapan Adam, untuk berparade. Allah meminta mereka untuk membungkuk dengan anggun, untuk menunjukkan rasa hormat di tempat yang suci ini. Malaikat, dengan jubah yang begitu indah, membungkuk di hadapan Adam, dengan penuh kegembiraan. Tapi Iblis, sang iblis, berdiri tegak dan sombong, menolak untuk bersujud, di antara kerumunan orang banyak. Perintahnya sederhana, namun Iblis menentang, dengan kesombongan dan keangkuhannya, dia berdiri di samping.
2
Malaikat, sang malaikat, dengan sayap-sayap cahaya, menunjukkan ketaatannya, bersinar begitu terang. Dia bersujud kepada Adam, dengan cinta dan perhatian, hatinya murni, jiwanya adil. Di taman kedamaian, Malaikat tahu, bahwa rasa hormat dan kebaikan adalah kebajikan yang sejati. Tindakannya lembut, jiwanya bersih, dia mengikuti perintah Allah, tanpa rasa takut. Rukuk Malaikat adalah sebuah isyarat rahmat, membawa keharmonisan ke tempat surgawi ini.
3
Tetapi Iblis, iblis, dengan hati yang keras seperti batu, menolak untuk tunduk, dan tetap berdiri sendiri. Dia memandang Adam dengan mata yang menghina, menganggap dirinya lebih baik, lebih arif dan bijaksana. "Saya terbuat dari api, begitu ganas dan terang, mengapa saya harus tunduk pada tanah liat, di dalam cahaya?" Iblis bertanya dengan suara yang begitu keras, kesombongannya membungkus dirinya seperti kain kafan. Dia lupa akan keindahan lagu kerendahan hati, dan dalam kesombongannya, dia sangat salah.
4
Allah, sang cahaya, bertanya kepada Iblis mengapa ia menolak untuk bersujud, di bawah langit. "Mengapa kamu menentang, perintah-Ku yang sederhana, untuk menunjukkan rasa hormat, di tanah suci ini?" Iblis menjawab dengan nada angkuh, "Aku lebih baik, terbuat dari api saja." Kata-katanya tajam, penuh dengan kesombongan, ia tidak dapat melihat kesalahan di dalamnya. Allah mendengarkan dengan sabar dan penuh kasih sayang, menyaksikan Iblis jatuh dari tempatnya.
5
Iblis menyatakan, "Saya lebih besar dari tanah liat, yang dibuat dari api, dalam segala hal." Kesombongannya membutakan dia dari kebenaran, bahwa rasa hormat dan cinta adalah awet muda. Dia tidak melihat keindahan dalam hati Adam, atau kebijaksanaan yang membedakannya. Kesombongan Iblis adalah rantai yang berat, yang membawanya kepada kesedihan dan penghinaan. Dalam kesombongannya, ia tidak dapat melihat nilai kerendahan hati dan keharmonisan.
6
Karena kesombongannya, Iblis diusir dari taman surgawi yang terang benderang. Dia kehilangan keindahan pemandangan surgawi, karena kesombongan telah membuat hatinya najis. Taman itu kini menjadi tempat yang tidak dapat dilihatnya, karena pembangkangannya telah membebaskannya. Bebas dari cahaya, tetapi terperangkap dalam kesombongannya, Iblis dibuang, ke dalam bayang-bayang untuk bersembunyi. Sebuah pelajaran telah dipelajari, di dalam kubah surga, bahwa kerendahan hati dan kasih adalah rumah yang sejati.
7
Di taman, Adam belajar untuk menjadi baik, dengan hati yang rendah hati dan pikiran yang terbuka. Malaikat tetap berada di sisinya, dengan begitu benar, mengajarinya kebajikan, baik yang lama maupun yang baru. Kisah Iblis adalah sebuah pelajaran yang dapat dipetik, bahwa kesombongan dan keangkuhan membuat hati terbakar. Dengan cinta dan rasa hormat, taman itu akan tumbuh, tempat yang damai, di mana kebaikan akan mengalir. Maka, dalam cahaya rahmat Allah, Adam hidup bahagia di tempat yang indah ini.
8

THE END